Kamis, 14 Mei 2009

Davos, Permen Jadul Yang Tetap Gaul


Belum lagi gerhana matahari cincin berlalu, anak-anak dan istri di depan televisi bersorak dan tertawa cekikikan. Ada apakah gerangan? Rupanya baru saja disiarkan berita tentang fatwa MUI bahwa rokok haram.

Kata anak laki-laki saya sambil cengengesan : “Ha..ha..ha.., uang saku saya bakal nambah Rp 10.000,- per hari…..”.

Celetukan ibunya lain lagi, kedengaran lebih bijaksana : “Yo wis, ganti ngemut permen Davos saja, semriwing……”.

Ya…ya…. Bukan soal rokoknya atau haramnya yang mengusik pikiran saya. Biarlah MUI berfatwa, perokok terus berlalu (tidak jadi mampir kios rokok, maksudnya). Melainkan sebutan permen Davos ibunya anak-anak tadi mengingatkan saya pada jenis permen jadul berbungkus warna biru tua yang rasa pedas semriwing-nya jadi ngangenin. Sensasi pedas mint-nya sangat khas dan tak tertandingi bahkan oleh aneka jenis perment rasa mint jaman sekarang.

Beberapa waktu yang lalu saya diherankan oleh sajian permen Davos di toko saya. Sempat saya pilang-piling (cermati) apakah memang benar ini permen yang sangat populer pada jaman saya kecil sekian puluh tahun yang lalu. Dan ternyata memang benar, bahwa itu adalah Davos permen jadul alias jaman dulu. Sepertinya sudah lama sekali saya tidak menjumpai permen ini.

Bungkusnya yang berwarna biru tua dengan tulisan warna putih terlihat begitu klasik. Sejak jaman dulu hingga sekarang tak juga berubah sedikitpun, baik warna, ukuran, desain bahkan rasanya. Kini permen produksi PT Slamet Langgeng, Purbalingga, Jateng, itu benar-benar langgeng memasuki usianya yang lebih 77 tahun.

Setiap bungkus permen Davos seberat 25 gram berisi susunan 10 buah permen warna putih berukuran diameter 22 mm dan tebal 5 mm (sengaja saya ukur dengan penggaris agar lebih jelas deskripsinya), dengan tulisan Davos melintang di tengahnya. Bentuk dari setiap biji permennya sangat presisi dan terlihat rapi. Komposisinya tertulis : gula, stearic acid, dextrin, gelatin, menthol dan pepermint oil. Di bungkus luarnya tertulis : Extra Strong Permen. Karena itu saya ingat waktu kecil dulu kalau mengulum permen Davos cukup separoh saja, sebiji dibagi dua. Selain karena pedasnya juga karena ukurannya yang terlalu besar. Tapi semriwing enak…

Meski dalam perjalanannya PT Slamet Langgeng pernah mencoba memproduksi berbagai varian dari permen ini, namun tetap saja jenis Davos yang berbungkus biru ini yang paling banyak digemari. Pak Budi Handojo Hardi selaku pimpinan perusahaan heran, produknya laris manis saat musim panen tiba, terutama untuk wilayah kotanya. Lihat saja ketika musim panen tiba, para buruh tani di Purbalingga sambil memanen padi sambil ngemut permen Davos. Juga halnya ketika musim haji tiba, permintaan permen Davosnya meningkat. Barangkali untuk bekal mut-mutan di pesawat. Tapi permintaan pasar turun saat musim buah dan musim penghujan tiba. Begitulah, musim-musim yang telah ditandai oleh Pak Budi.

Budi Handojo Hardi adalah generasi ketiga dari perusahaan produsen permen Davos. Perusahaan keluarga itu berdiri pertama kali pada tanggal 28 Desember 1931 oleh kakek Budi Handojo, yaitu Siem Kie Djian. Begitu seterusnya perusahaan ini turun-temurun berganti-ganti pimpinan dari keluarga kakek Siem. Juga mengalami pasang surut sejak jaman Belanda, Jepang hingga pasca kemerdekaan, dan akhirnya sejak tahun 1985 dipegang oleh Budi Handojo.

Pemilihan nama PT Slamet Langgeng pun dilandasi oleh filosofi dan cita-cita yang sangat sederhana. Kata “Slamet” dipilih karena perusahaan itu berada di kota Purbalingga yang terletak di kaki Gunung Slamet. Kata “Langgeng” adalah harapan agar perusahaan ini tetap abadi. Sedangkan nama “Davos” diambil dari nama sebuah kota kecil di Swiss yang berhawa sejuk, maka jadilah Davos dipilih sebagai merek permen rasa mentol yang pedas-pedas semriwing.

Meski peredaran produk permen Davos ini hanya di seputaran pedesaan Jateng, DIY dan sebagian Jabar, tetapi faktanya hingga kini produk permen Davos tetap eksis dan langgeng tak tertelan jaman. Padahal produk ini sejak dulu kala tidak pernah memasang iklan di media manapun. Hanya mengandalkan kekuatan promosi gethok tular (word of mouth) dan kepercayaan antar produsen, penjual dan konsumen.

Harganya relatif murah. Sebungkus permen Davos berisi sepuluh biji di toko saya (Madurejo Swalayan, kecamatan Prambanan, Sleman) dijual seharga Rp 900,- (sembilan ratus rupiah). Dijamin murah plus rada megap-megap kepedasan tapi semriwing enak dan tidak kering di tenggorokan.

Sejak saya jumpai permen Davos di toko saya, permen jadul ini sering nyisip di dalam ransel yang saya bawa kemana-mana. Minimal bisa untuk obat ngantuk seperti dulu pernah saya berikan kepada sopir taksi di Jakarta yang mengemudi sambil ngantuk, atau kalau kebetulan ikut pertemuan lalu terkantuk liyer-liyer. Meski ini permen jadul, tapi masih layak gaul terutama bagi generasi yang pernah mengalami kejayaan permen pedas ini sekian puluh tahun yang lalu dan bagi para buruh tani di pedesaan Jateng selatan.

Permen Mint


Hari ini aku mendapatkan pelajaran berharga. Gurunya adalah permen mint.

Tiga orang berada dalam mobil itu. Ada tiga permen mint di sana. Dan kami bertiga langsung memakannya, masing-masing orang mendapat satu permen.

Aku kurang begitu suka dengan permen mint, walau aku sangat suka dengan permen. Tapi hari ini aku memutuskan untuk memakan permen itu.

Yang kurasakan pada saat permen itu pertama kali menyentuh permukaan lidahku adalah rasa manisnya. Sama seperti permen-permen lainnya, permen ini juga manis karena setiap permen harus manis. Pernah kujumpai permen rasa asam, tapi lidah tetap tidak bisa dibohongi, rasa manisnya tetap mendominasi.

Rasa mint memang selalu menjadi favorit di industri makanan. Berbagai produk es krim, permen, biskuit, selai, dan berbagai hal lainnya pernah mengeluarkan versi mint mereka masing-masing, walau kepopuleran mint masih kalah jauh dengan strawberi, vanila, dan cokelat yang lebih diminati.

Setelah cukup lama mengemut permen mint tersebut langsung kurasakan kelegaan yang membebaskan. Layaknya orang baru sembuh dari pilek, aku langsung bisa menghirup udara penuh dengan benar-benar lancar. Rasanya bagaikan surga baru pindah dari telapak kaki ibu ke tenggorokanku.

Tapi tidak dengan hidungku. Ia justru menderita.

Inilah kenapa aku kurang begitu suka dengan permen mint. Rasanya melegakan, tapi juga menyakitkan. Aliran udara yang masuk ke dalam tubuhku serasa mengalir sambil mengiris sesuatu -entah apa itu- dalam hidungku. Dan udara dingin kota Bandung membuatnya semakin bertambah parah. Ditambah dengan fakta bahwa aku sedang berada dalam mobil kecil yang menggunakan air conditioner, memaksaku menghisap entah berapa mili udara kering yang sangat menyiksa.

Tapi tetap saja sensasi lega yang diberikan permen mint, bukan mint, pada tenggorokanku mengalahkan rasa tak nyaman pada hidungku. Inilah keadilan. Inilah keseimbangan. Imbalan dan ganjaran.

Dan segalanya terjadi di muka bumi ini. Pada kehidupan ini.

Permen mint telah mengajariku cara untuk lebih memaknai hidup ini. Entah kenapa permen mint yang tadi. Padahal ini bukanlah hari pertamaku memakan permen mint.

Manis yang diberikan permen mint pada kecapan pertama di lidahmu sama saja dengan segala kenikmatan yang ada di kehidupan ini. Semuanya menggoda, tapi jangan selalu terbuai. Karena itu semua hanyalah kenikmatan artifisial.

Yang aslinya ada di suatu tempat. Di mana Tuhanmu juga berada di situ.

Permen Kopi

INGIN menghilangkan kantuk? Minum kopi saja. Kalau mau praktis, ya pilih permen kopi. Samakah efeknya?
Menurut Eny Sayuningsih SKM MKes, diolah dalam bentuk apa pun, kopi tetap memberikan berbagai dampak. Pada permen kopi, misalnya, efek yang ditimbulkan tentu tidak sebesar ketika mengonsumsi secangkir kopi. Sebab, kadar kopi keduanya berbeda. ''Apalagi, kalau hanya makan satu permen,'' jelas Kepala Instalasi gizi RSU Haji Surabaya itu.
Dokter Widayat Sastrowardoyo SpFK menambahkan, ada beberapa manfaat positif kopi. Di antaranya, merangsang sistem saraf pusat. ''Inilah yang membuat mata tidak mengantuk,'' ujar kepala instalasi farmakologi klinik RSU dr Soetomo itu. Minuman berwarna hitam tersebut juga bermanfaat merangsang otot. Dengan demikian, seseorang merasa bersemangat dan tidak malas.
Meski demikian, ada juga efek negatifnya. Minum kopi berbahaya bagi penderita hipertensi (tekanan darah tinggi). Sebab, kafein membuat tekanan darah meningkat tajam. Selain itu, kopi meningkatkan aliran darah ke ginjal. Akibatnya, produksi urine bertambah (efek diuretik). ''Artinya, merangsang pembentukan kencing,'' katanya.

Permen seperti kaca


Aku pertama kali mengenal permen ini karena waktu aku main ke tempat temanku selalu ada permen ini dimeja tamunya. Aku rasakan enak dan manis juga ukuran yang besar membuat tidak mudah habis karena juga permen ini agak sedikit keras. Meskipun begitu tetap enak rasanya, ada banyak rasa permen fox ini. Di bungkus permen fox ini juga ada kata mutiara yang dikirim langsung dari konsumen melalui sms dan kata-kata mutiara tersebut diletakkan di bungkusan permen yang paling belakang.

Setelah baca kata-kata mutiara sambil makan permen rasanya memang nikmat, apalagi saat itu saya makan bersama seorang sahabat. Jadi rasanya tambah nikmat. Walaupun harganya agak sedikit mahal dibandingkan dengan permen lain, tetapi sebanding dengan rasanya.

Permen Kapas Pengganti Jaringan Tubuh

VIVAnews – Kalian parti tahu permen kapas, kan? Permen kapas atau yang sering disebut arum manis itu biasanya berwarna merah muda. Bentuknya seperti kapas dan mengembang besar, tapi bila terlalu lama terkena udara akan menyusut.

Ternyata, permen kapas yang bentuknya unik ini memiliki manfaat lain. Permen ini ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pengganti jaringan yang rusak dalam tubuh manusia.

Beberapa ilmuwan saat ini sedang mengembangkan bahan pembuat
permen kapas yang berwarna mengilat. Bahan itu ternyata bisa dibuat untuk menggantikan jaringan pada tubuh manusia yang rusak.

Nantinya, jaringan yang dibuat dari bahan pembuat permen kapas itu bisa menghubungkan aliran darah antara pertumbuhan tulang, kulit, dan otot.

Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Jason Spector dari Rumah Sakit
NewYork-Presbyterian dan Leon Bellan dari Universitas Cornell di Amerika Serikat.

Sampai saat ini,mereka masih melakukan percobaan pada seekor tikus. Yaitu dengan membuat jaringan dari bahan pembuat permen kapas, di dalam aliran darah tikus. Nantinya, kemungkinan bisa juga dilakukan percobaan di jaringan tubuh manusia.

Cegah Gigi Berlubang dengan Permen Karet Xylitol

Jakarta, KCM - Siapa bilang kebiasaan mengunyah permen karet tak berguna dan hanya akan membuat badan gemuk? Dengan formulasi baru, permen karet kini justru bisa memberikan benefit yang sangat penting buat kesehatan terutama untuk perawatan gigi.

Selama ini berkembang persepsi di masyarakat bahwa tujuan mengunyah permen karet hanya sebatas menikmati aroma dan rasa manisnya atau pun menghindari rasa kantuk. Padahal, pemanis yang terkandung dalam permen karet mungkin saja berasal dari gula yang justru bisa meningkatkan risiko kesehatan.

Menyebarnya penemuan dan penggunaan Xylitol sebagai pemanis alami pengganti gula belum lama ini tampaknya akan mengubah persepsi negatif permen karet. Xylitol, yang berasal dari serat kayu pohon white birch dan banyak tumbuh di Finlandia dan Amerika Utara, berdasarkan hasil uji klinis merupakan pemanis yang aman dan bermanfaat untuk kesehatan gigi dan mulut.

Xylitol juga memiliki rasa semanis gula tebu, namun kandungan kalorinya lebih rendah dan lebih lambat diserap oleh tubuh sehingga sangat aman bagi penderita diabetes. Tak cukup sampai di situ, dengan penambahan dua bahan aktif yakni Funoran dan Kalsium Fosfat, Xylitol dalam permen karet juga terbukti efektif mencegah gigi berlubang dan mempercepat proses pembentukan kembali lapisan mineral gigi (remineralisasi).

"Dengan efektifnya kandungan Xylitol plus dua bahan aktif dalam permen karet, kami ingin mengubah tren permen karet dari manfaat dasar menjadi permen karet untuk kesehatan. Persepsi tentang permen karet kini akan berubah dari hanya menikmati rasa enaknya saja menjadi fungsi semi medical," ungkap Ari Widjaja, Marketing General Manager PT. Lotte Indonesia pada saat acara peluncuran Lotte Xylitol+2 Bahan Aktif di Jakarta, Kamis (1/3).

Ari menambahkan, kebiasaan mengunyah permen karet Xylitol akan sangat efektif mencegah kerusakan gigi jika dilakukan secara teratur lima kali sehari terutama setelah makan dan sebelum tidur. Namun begitu, perman karet Xylitol yang dikonsumsi harus memenuhi syarat tertentu dan tak mengandung pemanis lainnya.

"Xylitol dan dua bahan aktif akan sangat efektif jika kandungan Xylitol dalam produk minimal 50 persen dan terbebas dari pemanis lain seperti sukrosa, glukosa, sirup glukosa, fruktosa atau hasil fermentasi lainnya. Ini merupakan rekomendasi dari Persatuan Dokter Gigi Finlandia," terangnya

Menyoal permen karet Lotte Xylitol sendiri, Ari menerangkan bahwa produk ini telah mendapat rekomendasi Persatuan Dokter Gigi Finlandia dan telah sukses di beberapa negara dan bahkan menjadi nomor satu di China, Korea dan Jepang dalam hal penguasaan pasar (market share).

"Di Indonesia, kami berharap kehadiran Lotte Xylitol akan mendongkrak penjualan dan tentu saja mengambalikan posisi Lotte sebagai market leader dalam permen karet," tandas A