Minggu, 19 April 2009

Permen Jahe, Kisah Panjang Kembang Gula

Oleh Andreas Maryoto

Di antara tumpukan makanan ringan di sebuah rumah makan di Parakan, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terdapat permen jahe. Mereka yang sudah berumur pasti akan terkejut ketika melihat permen yang di labelnya tertulis "Gember Bonbons". Permen bikinan Pasuruan, Jawa Timur, itu ternyata masih ditemukan di pasar sekaligus memiliki sejarah panjang.

Labelnya yang bergambar rimpang jahe dan bagian tepinya ada kotak-kotak kecil biru-putih makin mengingatkan orang pada permen yang masih dikenal luas beberapa tahun yang lalu. Penulisan merek dagang "Paberik Kembang Gula, SINA, Pasuruan" makin memastikan permen ini permen "masa lalu". SINA adalah produsen permen ini, yaitu PT Sindu Amrita.

Permen jahe memang merupakan permen yang tergolong kuno. Berbicara permen ini bukan hanya berbicara puluhan tahun lalu, tetapi ratusan tahun. Setidaknya permen ini sudah tercatat di dalam buku Island of Java karya John Joseph Stockdale, pelancong berkebangsaan Inggris, yang menyebutkan, pada tahun 1778 Belanda mengirim sebanyak 10.000 pon (atau sekitar 5.000 kilogram) produk yang disebut candied ginger dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari di Eropa karena menyembuhkan kembung atau dalam istilah ilmiah disebut flatulensi.

Keberadaan permen dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa, sulit untuk ditelusuri asal usulnya. Kita hanya bisa menduga, seperti yang diungkapkan Prof Denys Lombard, yang menyebutkan gaya hidup Belanda mulai diserap oleh penduduk Nusantara sekitar pertengahan abad ke-19 ketika sejumlah priayi diangkat menjadi pejabat dan mulai mengenyam pendidikan Belanda. Permen sangat mungkin bagian dari gaya hidup itu.

Kesulitan untuk melacak juga akibat pengelompokan makanan ini menjadi rancu karena banyak variasi produk jenis ini. Di kalangan orang Jawa dikenal berbagai makanan bersumber dari gula, seperti permen, kembang gula, gulali, bonbon, manisan, harum manis, loli, dan ting-ting.

Pengelompokan makanan ringan yang manis, berdasar dari kamus, mungkin bisa menolong meski tidak tepat benar. Kelompok makanan ini disebut gula- gula. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Badudu-Zain, kata gula-gula berarti macam-macam penganan atau manisan dari gula. Cakupan dalam kelompok ini sangat luas sekali, seluruh makanan yang bersumber dari gula. Dalam bahasa Inggris istilah yang tepat untuk ini adalah confectionary. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut bonbon.

Kembang gula sendiri dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia itu adalah makanan yang terbuat dari gula. Orang Jawa menyebut makanan manis ini lebih singkat mbanggulo. Penjelasan ini pasti tidak memuaskan karena menjadi rancu dengan gula-gula di atas. Meski demikian, pencarian padanan kosakata ini di dalam bahasa Inggris menemukan istilah yang tepat untuk ini adalah candy, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut lollie. Jadi berdasarkan pemadanan itu, maka kembang gula merupakan salah satu jenis dari gula-gula.

Bila di Indonesia dikenal ada nama permen, maka sebenarnya permen adalah salah satu jenis kembang gula yang terasa pedas di lidah. Kata permen sendiri kemungkinan terkait dengan dengan peppermint, permen pedas karena ada kandungan minyak peppermint. Peppermint adalah senyawa aromatik yang berasal dari daun tanaman yang menghasilkan mentol, yaitu Menthas arvensis yang biasanya digunakan untuk memberi rasa pada makanan, pasta gigi, dan obat- obatan. Orang Belanda menyebut makanan ini dengan sebutan peppermunt.

Orang Indonesia, terutama orang Jawa, kemungkinan kesulitan untuk mengatakan peppermint hingga muncul kata permen. Dalam perkembangannya, istilah ini menjadi rancu karena semua makanan ringan yang manis dimasukkan dalam permen, seperti permen jahe, permen coklat, dan permen karet.

Dengan memahami berbagai istilah itu, maka dugaan munculnya kembang gula di Nusantara terkait dengan pendirian pabrik gula. Pabrik gula pertama berada di Batavia, yang sekarang bernama Jakarta pada 1700-an. Pada tahun 1710 tercatat 131 penggilingan tebu di Batavia. Di wilayah bagian selatan Batavia didirikan pabrik gula yang masih jauh dari penggunaan mesin dan uap air panas untuk produksi gula.

Saat itu, pabrik gula digerakkan oleh tenaga kerbau atau manusia. Tenaga ini akan memutar dua silinder. Di tengah silinder itu dimasukkan tebu. Dari pemerasan ini dihasilkan cairan. Cairan ini kemudian dikeringkan dengan dimasak hingga menjadi kental.

Ada tiga kategori gula berdasarkan tingkat keputihannya. Gula kualitas pertama yang paling putih diekspor ke Eropa. Kualitas yang kedua dikirim ke India Barat (yang dimaksud adalah bagian barat India), dan kualitas ketiga atau yang paling coklat dikirim ke Jepang. Di antara produk yang diekspor itulah terdapat permen jahe alias candied ginger.

Kembali ke soal asal usul kembang gula alias permen. Buku kecil dengan tebal 34 halaman milik kolektor asal Semarang, Handoko, berjudul Atoerannnja Membikin Permen (Kembang Goela) karya orang yang bernama Radius yang terbit tahun 1936, bisa sedikit membantu pelacakan soal permen alias kembang gula.

Dari klaim buku tersebut dengan menyebutkan "Boekoe-boekoe dalem bahasa Melajoe jang sanggoep menjokoepi itoe keinginan, toroet taoe kita sampe sekarang belon ada," kita bisa menduga industri kembang gula masih dikuasai kelompok elite yang paham bahasa Belanda. Industri permen belum menjadi industri rumahan. Dengan informasi itu pula, kita menduga teknologi permen dibawa oleh orang Belanda.

Buku kecil ini juga menginformasikan jenis-jenis kembang gula yang ada saat itu, mulai dari bonbon, permen strong pepermunt, grip, permen kenari, permen kopi, permen busa, permen gombal, dan pastiles. Dari buku tersebut juga diketahui, saat itu sudah terjadi kerancuan istilah antara permen dan kembang gula.

Kembali ke permen jahe. Kembang gula ini masih dapat ditemukan di berbagai tempat meski mulai tidak gampang untuk mendapatkannya. Dulu pembungkus kembang gula ini berasal dari kertas minyak. Belakangan kemudian menggunakan plastik tetapi masih sederhana. Sekarang kemasannya berupa kemasan plastik cetakan. Permen jahe juga ditemukan dengan pembungkus bagian dalam seperti agar-agar. Kita bisa memakan pembungkus itu yang terasa lembut.

Kembang gula yang lain yang tergolong tua adalah kembang gula asem. Catatan tentang kembang gula ini masih sangat sedikit. Akan tetapi, keberadaan pohon asem sendiri menarik banyak perhatian para pelancong dari Barat ketika berada di Nusantara. Selain John Joseph Stockdale yang mencatat keberadaan pohon asem itu adalah Albert S Bickmore, pengelana asal Amerika Serikat, dalam buku Travels in The East Indian Archipelago (1868).

Bickmore memang tidak menceritakan soal kembang gula asem itu, tetapi ia bercerita tentang banyaknya pohon asem di pinggir jalan yang digunakan untuk peneduh di sepanjang jalan di Surabaya. Sejumlah jalan di banyak kota, bahkan di Jakarta, masih ditemukan keberadaan pohon asem ini.

Pohon asem yang melimpah itu kemungkinan mengilhami orang untuk membikin kembang gula asem. Hingga sekarang kita masih bisa menemui kembang gula asem ini dari yang tradisional, yaitu gula dicampur asem, kita bisa merasakan kekasaran gulanya, hingga yang sudah berupa kembang gula cetakan.

Permen, benda kecil yang ternyata memiliki catatan sejarah. Pengetahuan mengenai permen bukan hanya mengungkap tentang makanan ringan itu, tetapi juga tentang sebuah gaya hidup.


Permen Asem Jawa

Ini postingan bukan mau ngajarin gimana cara bikin 'Permen Asem Jawa', bukan juga ngasi tau ada gizi apa yang terkandung dalam permen Asem Jawa. Tapi cuma pengen berbagi sesuatu dibalik permen Asem Jawa ini, hehehehe..... (aneh2 aja si yeni ini). Mau tau??????

Bagiku, permen ini bukan lah permen biasa. Ada filosofi disana yang bisa kutemukan.
  • sederhana, permen yang tanpa dibungkus warna-warni layaknya permen
  • sesuatu yang sangat biasa dari luar, namun aku bisa merasakan banyak hal didalamnya (asem, manis...)
  • bagian luarnya yang kasar oleh taburan gula, namun memberikan rasa manis disana
  • ketika lidahku baru menyentuk si asem, rasanya ingin menyudahinya. Namun, makin ku rasakan membuatku ingin trus merasakannya (addictif)
  • antara gula dan asem yang mulai bisa aku rasakan bersamaan, memberikan rasa tersendiri, sensasi yang berbeda......
Itu yang ku temukan pada seseorang yang membuat otakku menemukan sisi lain dari permen asem jawa. Dan berharap si permen asem tak akan berubah jadi permen dynamit ato yang lain. Hehehehe....Si yeni rada pinter aneh kalo sok serius gini. Imaginasinya suka kemana2 .

Wajah Lebih Kencang Berkat Permen Karet

TERNYATA hobi mengunyah permen karet bukannya tak bermanfaat lho. Aktivitas mengunyah meningkatkan sirkulasi darah sehingga oksigen yang dikirim ke otak semakin banyak, pikiran jadi lebih segar, dan konsentrasi makin menguat.

Selain itu, pergerakan rahang saat mengunyah permen karet dapat menstimulasi otot wajah yang efeknya membuat kulit wajah menjadi lebih kencang. Yang pasti, mengunyah permen karet memberikan rasa rileks, mengurangi stres, dan mengatasi kejenuhan. Itu baru sedikit manfaat yang diperoleh dengan mengunyah permen karet. Sederet manfaat lainnya adalah:

Memulihkan saluran cerna pascaoperasi. Sebuah penelitian yang melibatkan 158 pasien yang dilakukan Rumah Sakit St Mary, London, menyebutkan, mereka yang mengunyah permen karet setelah menjalani operasi usus, fungsi saluran cernanya lebih cepat kembali normal. Dalam uji klinis, sekelompok pasien yang mengunyah permen karet 5-45 menit tiga kali sehari seusai operasi dibandingkan dengan pasien yang tidak mengunyah permen karet. Hasilnya, pasien yang mengunyah permen karet akan mengeluarkan gas atau buang angin rata-rata 0,66 kali dibandingkan yang tidak mengunyah sekitar 1,10 kali gas. Seperti diketahui, normalnya fungsi saluran cerna pascaoperasi ditandai dengan buang angin. Dengan kata lain, mereka yang mengunyah permen karet lebih cepat sembuh dan tak perlu berlama-lama tinggal di RS.

Membersihkan kotoran gigi. Mengunyah permen karet secara teratur dapat membantu mengangkat dan membersihkan kotoran yang tersisa di gigi. Mengunyah permen karet bebas gula juga dapat melindungi gigi dari kerusakan. Selain itu, mengunyah permen karet dapat menggantikan kegiatan menggosok gigi setelah makan karena saat mengunyah permen karet mulut akan menghasilkan air liur yang dapat menetralkan asam dan mencegah pengeroposan gigi di atas 40%.

Mengurangi kantuk. Aktivitas mengunyah akan melancarkan sirkulasi darah ke otak sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja yang berkaitan dengan konsentrasi, kewaspadaan, dan perhatian. Jadi, ketika Anda mengemudi dan merasa mengantuk, kunyahlah permen karet karena bisa mengurangi rasa kantuk sekaligus meningkatkan konsentrasi.

Meningkatkan daya ingat. Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan di University of Northumbria dan Cognitive Research Unit (Reading) di Inggris, kemampuan untuk mengingat kata-kata dapat ditingkatkan sampai 35 persen. Penjelasan ilmiahnya, mengunyah akan meningkatkan detak jantung yang mengakibatkan lebih banyak oksigen dan nutrisi yang dipompa ke otak. Pada akhirnya, proses ini akan merangsang bagian otak yang berhubungan dengan daya ingat.

Mengurangi ketegangan. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, mengunyah permen karet dapat mengurangi ketegangan. Permen karet juga disediakan untuk tentara AS yang sedang bertugas, sejak Perang Dunia I hingga kini. Para atlet juga terlihat selalu mengunyah permen karet pada saat berlatih atau bertanding.

Melangsingkan. Bagaimana mungkin? Mungkin saja. Menurut penelitian yang dilakukan di Glasgow Caledonian University di Inggris, mereka yang mengunyah permen karet setelah makan akan mengonsumsi lebih sedikit kalori saat jam makan berikutnya. Selain itu, sebatang permen karet hanya mengandung 5-10 kalori, dan mengunyahnya selama satu jam dapat membakar 10 kalori.

Namun, tak berarti hanya dengan mengunyah permen karet otomatis tubuh menjadi langsing. Pengaturan makan dan olahraga tetap merupakan kunci suksesnya diet Anda.

permen tongkat


Permen tongkat (bahasa Inggris: candy cane) adalah permen berbentuk tongkat bergaris-garis merah dan putih dengan rasa mint. Walaupun demikian, permen ini juga tersedia dalam berbagai rasa, warna, dan lebar garis yang berbeda-beda. Permen tongkat ini merupakan permen tradisional untuk hari Natal di Amerika Serikat, tapi bisa juga dibeli sepanjang tahun.

Sjarah permen tongkat
Pembuat permen tongkat yang pertama adalah pendeta Perancis dari awal tahun 1400-an. Pada mulanya, permen ini keras, berbentuk batang permen yang lurus dan hanya berwarna putih. Menurut catatan sejarah gereja, permen ini menjadi bentuk tongkat berkat ide kepala paduan suara Katedral Köln. Ia mendapat kesulitan untuk mendiamkan anak-anak yang sering ribut sewaktu misa berlangsung. Sewaktu berada di toko permen, ia melihat permen keras berbentuk tongkat lurus berwarna putih. Menurut pemikirannya, anak-anak pasti tidak ribut sementara memakan permen yang perlu waktu lama sebelum habis dimakan. Selain itu, ia meminta pembuat permen untuk membengkokkan permen tongkat tersebut agar bentuknya seperti tongkat gembala. Sebelum misa berlangsung, anak-anak dikumpulkan untuk mendengarkan cerita tentang arti simbolis permen tongkat gembala berwarna putih. Setelah mendapat permen tongkat, anak-anak tidak lagi membuat ribut

apa itu permen?????





Permen adalah sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat dengan mencairkan gula di dalam air. Perbedaan tingkat pemanasan menentukan jenis permen yang dihasilkan: suhu panas menghasilkan permen keras, suhu menengah menghasilkan permen lunak, dan suhu dingin menghasilkan permen kenyal. Permen dinikmati karena rasa manisnya.