Kamis, 14 Mei 2009

Davos, Permen Jadul Yang Tetap Gaul


Belum lagi gerhana matahari cincin berlalu, anak-anak dan istri di depan televisi bersorak dan tertawa cekikikan. Ada apakah gerangan? Rupanya baru saja disiarkan berita tentang fatwa MUI bahwa rokok haram.

Kata anak laki-laki saya sambil cengengesan : “Ha..ha..ha.., uang saku saya bakal nambah Rp 10.000,- per hari…..”.

Celetukan ibunya lain lagi, kedengaran lebih bijaksana : “Yo wis, ganti ngemut permen Davos saja, semriwing……”.

Ya…ya…. Bukan soal rokoknya atau haramnya yang mengusik pikiran saya. Biarlah MUI berfatwa, perokok terus berlalu (tidak jadi mampir kios rokok, maksudnya). Melainkan sebutan permen Davos ibunya anak-anak tadi mengingatkan saya pada jenis permen jadul berbungkus warna biru tua yang rasa pedas semriwing-nya jadi ngangenin. Sensasi pedas mint-nya sangat khas dan tak tertandingi bahkan oleh aneka jenis perment rasa mint jaman sekarang.

Beberapa waktu yang lalu saya diherankan oleh sajian permen Davos di toko saya. Sempat saya pilang-piling (cermati) apakah memang benar ini permen yang sangat populer pada jaman saya kecil sekian puluh tahun yang lalu. Dan ternyata memang benar, bahwa itu adalah Davos permen jadul alias jaman dulu. Sepertinya sudah lama sekali saya tidak menjumpai permen ini.

Bungkusnya yang berwarna biru tua dengan tulisan warna putih terlihat begitu klasik. Sejak jaman dulu hingga sekarang tak juga berubah sedikitpun, baik warna, ukuran, desain bahkan rasanya. Kini permen produksi PT Slamet Langgeng, Purbalingga, Jateng, itu benar-benar langgeng memasuki usianya yang lebih 77 tahun.

Setiap bungkus permen Davos seberat 25 gram berisi susunan 10 buah permen warna putih berukuran diameter 22 mm dan tebal 5 mm (sengaja saya ukur dengan penggaris agar lebih jelas deskripsinya), dengan tulisan Davos melintang di tengahnya. Bentuk dari setiap biji permennya sangat presisi dan terlihat rapi. Komposisinya tertulis : gula, stearic acid, dextrin, gelatin, menthol dan pepermint oil. Di bungkus luarnya tertulis : Extra Strong Permen. Karena itu saya ingat waktu kecil dulu kalau mengulum permen Davos cukup separoh saja, sebiji dibagi dua. Selain karena pedasnya juga karena ukurannya yang terlalu besar. Tapi semriwing enak…

Meski dalam perjalanannya PT Slamet Langgeng pernah mencoba memproduksi berbagai varian dari permen ini, namun tetap saja jenis Davos yang berbungkus biru ini yang paling banyak digemari. Pak Budi Handojo Hardi selaku pimpinan perusahaan heran, produknya laris manis saat musim panen tiba, terutama untuk wilayah kotanya. Lihat saja ketika musim panen tiba, para buruh tani di Purbalingga sambil memanen padi sambil ngemut permen Davos. Juga halnya ketika musim haji tiba, permintaan permen Davosnya meningkat. Barangkali untuk bekal mut-mutan di pesawat. Tapi permintaan pasar turun saat musim buah dan musim penghujan tiba. Begitulah, musim-musim yang telah ditandai oleh Pak Budi.

Budi Handojo Hardi adalah generasi ketiga dari perusahaan produsen permen Davos. Perusahaan keluarga itu berdiri pertama kali pada tanggal 28 Desember 1931 oleh kakek Budi Handojo, yaitu Siem Kie Djian. Begitu seterusnya perusahaan ini turun-temurun berganti-ganti pimpinan dari keluarga kakek Siem. Juga mengalami pasang surut sejak jaman Belanda, Jepang hingga pasca kemerdekaan, dan akhirnya sejak tahun 1985 dipegang oleh Budi Handojo.

Pemilihan nama PT Slamet Langgeng pun dilandasi oleh filosofi dan cita-cita yang sangat sederhana. Kata “Slamet” dipilih karena perusahaan itu berada di kota Purbalingga yang terletak di kaki Gunung Slamet. Kata “Langgeng” adalah harapan agar perusahaan ini tetap abadi. Sedangkan nama “Davos” diambil dari nama sebuah kota kecil di Swiss yang berhawa sejuk, maka jadilah Davos dipilih sebagai merek permen rasa mentol yang pedas-pedas semriwing.

Meski peredaran produk permen Davos ini hanya di seputaran pedesaan Jateng, DIY dan sebagian Jabar, tetapi faktanya hingga kini produk permen Davos tetap eksis dan langgeng tak tertelan jaman. Padahal produk ini sejak dulu kala tidak pernah memasang iklan di media manapun. Hanya mengandalkan kekuatan promosi gethok tular (word of mouth) dan kepercayaan antar produsen, penjual dan konsumen.

Harganya relatif murah. Sebungkus permen Davos berisi sepuluh biji di toko saya (Madurejo Swalayan, kecamatan Prambanan, Sleman) dijual seharga Rp 900,- (sembilan ratus rupiah). Dijamin murah plus rada megap-megap kepedasan tapi semriwing enak dan tidak kering di tenggorokan.

Sejak saya jumpai permen Davos di toko saya, permen jadul ini sering nyisip di dalam ransel yang saya bawa kemana-mana. Minimal bisa untuk obat ngantuk seperti dulu pernah saya berikan kepada sopir taksi di Jakarta yang mengemudi sambil ngantuk, atau kalau kebetulan ikut pertemuan lalu terkantuk liyer-liyer. Meski ini permen jadul, tapi masih layak gaul terutama bagi generasi yang pernah mengalami kejayaan permen pedas ini sekian puluh tahun yang lalu dan bagi para buruh tani di pedesaan Jateng selatan.

Permen Mint


Hari ini aku mendapatkan pelajaran berharga. Gurunya adalah permen mint.

Tiga orang berada dalam mobil itu. Ada tiga permen mint di sana. Dan kami bertiga langsung memakannya, masing-masing orang mendapat satu permen.

Aku kurang begitu suka dengan permen mint, walau aku sangat suka dengan permen. Tapi hari ini aku memutuskan untuk memakan permen itu.

Yang kurasakan pada saat permen itu pertama kali menyentuh permukaan lidahku adalah rasa manisnya. Sama seperti permen-permen lainnya, permen ini juga manis karena setiap permen harus manis. Pernah kujumpai permen rasa asam, tapi lidah tetap tidak bisa dibohongi, rasa manisnya tetap mendominasi.

Rasa mint memang selalu menjadi favorit di industri makanan. Berbagai produk es krim, permen, biskuit, selai, dan berbagai hal lainnya pernah mengeluarkan versi mint mereka masing-masing, walau kepopuleran mint masih kalah jauh dengan strawberi, vanila, dan cokelat yang lebih diminati.

Setelah cukup lama mengemut permen mint tersebut langsung kurasakan kelegaan yang membebaskan. Layaknya orang baru sembuh dari pilek, aku langsung bisa menghirup udara penuh dengan benar-benar lancar. Rasanya bagaikan surga baru pindah dari telapak kaki ibu ke tenggorokanku.

Tapi tidak dengan hidungku. Ia justru menderita.

Inilah kenapa aku kurang begitu suka dengan permen mint. Rasanya melegakan, tapi juga menyakitkan. Aliran udara yang masuk ke dalam tubuhku serasa mengalir sambil mengiris sesuatu -entah apa itu- dalam hidungku. Dan udara dingin kota Bandung membuatnya semakin bertambah parah. Ditambah dengan fakta bahwa aku sedang berada dalam mobil kecil yang menggunakan air conditioner, memaksaku menghisap entah berapa mili udara kering yang sangat menyiksa.

Tapi tetap saja sensasi lega yang diberikan permen mint, bukan mint, pada tenggorokanku mengalahkan rasa tak nyaman pada hidungku. Inilah keadilan. Inilah keseimbangan. Imbalan dan ganjaran.

Dan segalanya terjadi di muka bumi ini. Pada kehidupan ini.

Permen mint telah mengajariku cara untuk lebih memaknai hidup ini. Entah kenapa permen mint yang tadi. Padahal ini bukanlah hari pertamaku memakan permen mint.

Manis yang diberikan permen mint pada kecapan pertama di lidahmu sama saja dengan segala kenikmatan yang ada di kehidupan ini. Semuanya menggoda, tapi jangan selalu terbuai. Karena itu semua hanyalah kenikmatan artifisial.

Yang aslinya ada di suatu tempat. Di mana Tuhanmu juga berada di situ.

Permen Kopi

INGIN menghilangkan kantuk? Minum kopi saja. Kalau mau praktis, ya pilih permen kopi. Samakah efeknya?
Menurut Eny Sayuningsih SKM MKes, diolah dalam bentuk apa pun, kopi tetap memberikan berbagai dampak. Pada permen kopi, misalnya, efek yang ditimbulkan tentu tidak sebesar ketika mengonsumsi secangkir kopi. Sebab, kadar kopi keduanya berbeda. ''Apalagi, kalau hanya makan satu permen,'' jelas Kepala Instalasi gizi RSU Haji Surabaya itu.
Dokter Widayat Sastrowardoyo SpFK menambahkan, ada beberapa manfaat positif kopi. Di antaranya, merangsang sistem saraf pusat. ''Inilah yang membuat mata tidak mengantuk,'' ujar kepala instalasi farmakologi klinik RSU dr Soetomo itu. Minuman berwarna hitam tersebut juga bermanfaat merangsang otot. Dengan demikian, seseorang merasa bersemangat dan tidak malas.
Meski demikian, ada juga efek negatifnya. Minum kopi berbahaya bagi penderita hipertensi (tekanan darah tinggi). Sebab, kafein membuat tekanan darah meningkat tajam. Selain itu, kopi meningkatkan aliran darah ke ginjal. Akibatnya, produksi urine bertambah (efek diuretik). ''Artinya, merangsang pembentukan kencing,'' katanya.

Permen seperti kaca


Aku pertama kali mengenal permen ini karena waktu aku main ke tempat temanku selalu ada permen ini dimeja tamunya. Aku rasakan enak dan manis juga ukuran yang besar membuat tidak mudah habis karena juga permen ini agak sedikit keras. Meskipun begitu tetap enak rasanya, ada banyak rasa permen fox ini. Di bungkus permen fox ini juga ada kata mutiara yang dikirim langsung dari konsumen melalui sms dan kata-kata mutiara tersebut diletakkan di bungkusan permen yang paling belakang.

Setelah baca kata-kata mutiara sambil makan permen rasanya memang nikmat, apalagi saat itu saya makan bersama seorang sahabat. Jadi rasanya tambah nikmat. Walaupun harganya agak sedikit mahal dibandingkan dengan permen lain, tetapi sebanding dengan rasanya.

Permen Kapas Pengganti Jaringan Tubuh

VIVAnews – Kalian parti tahu permen kapas, kan? Permen kapas atau yang sering disebut arum manis itu biasanya berwarna merah muda. Bentuknya seperti kapas dan mengembang besar, tapi bila terlalu lama terkena udara akan menyusut.

Ternyata, permen kapas yang bentuknya unik ini memiliki manfaat lain. Permen ini ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pengganti jaringan yang rusak dalam tubuh manusia.

Beberapa ilmuwan saat ini sedang mengembangkan bahan pembuat
permen kapas yang berwarna mengilat. Bahan itu ternyata bisa dibuat untuk menggantikan jaringan pada tubuh manusia yang rusak.

Nantinya, jaringan yang dibuat dari bahan pembuat permen kapas itu bisa menghubungkan aliran darah antara pertumbuhan tulang, kulit, dan otot.

Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Jason Spector dari Rumah Sakit
NewYork-Presbyterian dan Leon Bellan dari Universitas Cornell di Amerika Serikat.

Sampai saat ini,mereka masih melakukan percobaan pada seekor tikus. Yaitu dengan membuat jaringan dari bahan pembuat permen kapas, di dalam aliran darah tikus. Nantinya, kemungkinan bisa juga dilakukan percobaan di jaringan tubuh manusia.

Cegah Gigi Berlubang dengan Permen Karet Xylitol

Jakarta, KCM - Siapa bilang kebiasaan mengunyah permen karet tak berguna dan hanya akan membuat badan gemuk? Dengan formulasi baru, permen karet kini justru bisa memberikan benefit yang sangat penting buat kesehatan terutama untuk perawatan gigi.

Selama ini berkembang persepsi di masyarakat bahwa tujuan mengunyah permen karet hanya sebatas menikmati aroma dan rasa manisnya atau pun menghindari rasa kantuk. Padahal, pemanis yang terkandung dalam permen karet mungkin saja berasal dari gula yang justru bisa meningkatkan risiko kesehatan.

Menyebarnya penemuan dan penggunaan Xylitol sebagai pemanis alami pengganti gula belum lama ini tampaknya akan mengubah persepsi negatif permen karet. Xylitol, yang berasal dari serat kayu pohon white birch dan banyak tumbuh di Finlandia dan Amerika Utara, berdasarkan hasil uji klinis merupakan pemanis yang aman dan bermanfaat untuk kesehatan gigi dan mulut.

Xylitol juga memiliki rasa semanis gula tebu, namun kandungan kalorinya lebih rendah dan lebih lambat diserap oleh tubuh sehingga sangat aman bagi penderita diabetes. Tak cukup sampai di situ, dengan penambahan dua bahan aktif yakni Funoran dan Kalsium Fosfat, Xylitol dalam permen karet juga terbukti efektif mencegah gigi berlubang dan mempercepat proses pembentukan kembali lapisan mineral gigi (remineralisasi).

"Dengan efektifnya kandungan Xylitol plus dua bahan aktif dalam permen karet, kami ingin mengubah tren permen karet dari manfaat dasar menjadi permen karet untuk kesehatan. Persepsi tentang permen karet kini akan berubah dari hanya menikmati rasa enaknya saja menjadi fungsi semi medical," ungkap Ari Widjaja, Marketing General Manager PT. Lotte Indonesia pada saat acara peluncuran Lotte Xylitol+2 Bahan Aktif di Jakarta, Kamis (1/3).

Ari menambahkan, kebiasaan mengunyah permen karet Xylitol akan sangat efektif mencegah kerusakan gigi jika dilakukan secara teratur lima kali sehari terutama setelah makan dan sebelum tidur. Namun begitu, perman karet Xylitol yang dikonsumsi harus memenuhi syarat tertentu dan tak mengandung pemanis lainnya.

"Xylitol dan dua bahan aktif akan sangat efektif jika kandungan Xylitol dalam produk minimal 50 persen dan terbebas dari pemanis lain seperti sukrosa, glukosa, sirup glukosa, fruktosa atau hasil fermentasi lainnya. Ini merupakan rekomendasi dari Persatuan Dokter Gigi Finlandia," terangnya

Menyoal permen karet Lotte Xylitol sendiri, Ari menerangkan bahwa produk ini telah mendapat rekomendasi Persatuan Dokter Gigi Finlandia dan telah sukses di beberapa negara dan bahkan menjadi nomor satu di China, Korea dan Jepang dalam hal penguasaan pasar (market share).

"Di Indonesia, kami berharap kehadiran Lotte Xylitol akan mendongkrak penjualan dan tentu saja mengambalikan posisi Lotte sebagai market leader dalam permen karet," tandas A

Minggu, 19 April 2009

Permen Jahe, Kisah Panjang Kembang Gula

Oleh Andreas Maryoto

Di antara tumpukan makanan ringan di sebuah rumah makan di Parakan, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terdapat permen jahe. Mereka yang sudah berumur pasti akan terkejut ketika melihat permen yang di labelnya tertulis "Gember Bonbons". Permen bikinan Pasuruan, Jawa Timur, itu ternyata masih ditemukan di pasar sekaligus memiliki sejarah panjang.

Labelnya yang bergambar rimpang jahe dan bagian tepinya ada kotak-kotak kecil biru-putih makin mengingatkan orang pada permen yang masih dikenal luas beberapa tahun yang lalu. Penulisan merek dagang "Paberik Kembang Gula, SINA, Pasuruan" makin memastikan permen ini permen "masa lalu". SINA adalah produsen permen ini, yaitu PT Sindu Amrita.

Permen jahe memang merupakan permen yang tergolong kuno. Berbicara permen ini bukan hanya berbicara puluhan tahun lalu, tetapi ratusan tahun. Setidaknya permen ini sudah tercatat di dalam buku Island of Java karya John Joseph Stockdale, pelancong berkebangsaan Inggris, yang menyebutkan, pada tahun 1778 Belanda mengirim sebanyak 10.000 pon (atau sekitar 5.000 kilogram) produk yang disebut candied ginger dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari di Eropa karena menyembuhkan kembung atau dalam istilah ilmiah disebut flatulensi.

Keberadaan permen dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa, sulit untuk ditelusuri asal usulnya. Kita hanya bisa menduga, seperti yang diungkapkan Prof Denys Lombard, yang menyebutkan gaya hidup Belanda mulai diserap oleh penduduk Nusantara sekitar pertengahan abad ke-19 ketika sejumlah priayi diangkat menjadi pejabat dan mulai mengenyam pendidikan Belanda. Permen sangat mungkin bagian dari gaya hidup itu.

Kesulitan untuk melacak juga akibat pengelompokan makanan ini menjadi rancu karena banyak variasi produk jenis ini. Di kalangan orang Jawa dikenal berbagai makanan bersumber dari gula, seperti permen, kembang gula, gulali, bonbon, manisan, harum manis, loli, dan ting-ting.

Pengelompokan makanan ringan yang manis, berdasar dari kamus, mungkin bisa menolong meski tidak tepat benar. Kelompok makanan ini disebut gula- gula. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Badudu-Zain, kata gula-gula berarti macam-macam penganan atau manisan dari gula. Cakupan dalam kelompok ini sangat luas sekali, seluruh makanan yang bersumber dari gula. Dalam bahasa Inggris istilah yang tepat untuk ini adalah confectionary. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut bonbon.

Kembang gula sendiri dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia itu adalah makanan yang terbuat dari gula. Orang Jawa menyebut makanan manis ini lebih singkat mbanggulo. Penjelasan ini pasti tidak memuaskan karena menjadi rancu dengan gula-gula di atas. Meski demikian, pencarian padanan kosakata ini di dalam bahasa Inggris menemukan istilah yang tepat untuk ini adalah candy, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut lollie. Jadi berdasarkan pemadanan itu, maka kembang gula merupakan salah satu jenis dari gula-gula.

Bila di Indonesia dikenal ada nama permen, maka sebenarnya permen adalah salah satu jenis kembang gula yang terasa pedas di lidah. Kata permen sendiri kemungkinan terkait dengan dengan peppermint, permen pedas karena ada kandungan minyak peppermint. Peppermint adalah senyawa aromatik yang berasal dari daun tanaman yang menghasilkan mentol, yaitu Menthas arvensis yang biasanya digunakan untuk memberi rasa pada makanan, pasta gigi, dan obat- obatan. Orang Belanda menyebut makanan ini dengan sebutan peppermunt.

Orang Indonesia, terutama orang Jawa, kemungkinan kesulitan untuk mengatakan peppermint hingga muncul kata permen. Dalam perkembangannya, istilah ini menjadi rancu karena semua makanan ringan yang manis dimasukkan dalam permen, seperti permen jahe, permen coklat, dan permen karet.

Dengan memahami berbagai istilah itu, maka dugaan munculnya kembang gula di Nusantara terkait dengan pendirian pabrik gula. Pabrik gula pertama berada di Batavia, yang sekarang bernama Jakarta pada 1700-an. Pada tahun 1710 tercatat 131 penggilingan tebu di Batavia. Di wilayah bagian selatan Batavia didirikan pabrik gula yang masih jauh dari penggunaan mesin dan uap air panas untuk produksi gula.

Saat itu, pabrik gula digerakkan oleh tenaga kerbau atau manusia. Tenaga ini akan memutar dua silinder. Di tengah silinder itu dimasukkan tebu. Dari pemerasan ini dihasilkan cairan. Cairan ini kemudian dikeringkan dengan dimasak hingga menjadi kental.

Ada tiga kategori gula berdasarkan tingkat keputihannya. Gula kualitas pertama yang paling putih diekspor ke Eropa. Kualitas yang kedua dikirim ke India Barat (yang dimaksud adalah bagian barat India), dan kualitas ketiga atau yang paling coklat dikirim ke Jepang. Di antara produk yang diekspor itulah terdapat permen jahe alias candied ginger.

Kembali ke soal asal usul kembang gula alias permen. Buku kecil dengan tebal 34 halaman milik kolektor asal Semarang, Handoko, berjudul Atoerannnja Membikin Permen (Kembang Goela) karya orang yang bernama Radius yang terbit tahun 1936, bisa sedikit membantu pelacakan soal permen alias kembang gula.

Dari klaim buku tersebut dengan menyebutkan "Boekoe-boekoe dalem bahasa Melajoe jang sanggoep menjokoepi itoe keinginan, toroet taoe kita sampe sekarang belon ada," kita bisa menduga industri kembang gula masih dikuasai kelompok elite yang paham bahasa Belanda. Industri permen belum menjadi industri rumahan. Dengan informasi itu pula, kita menduga teknologi permen dibawa oleh orang Belanda.

Buku kecil ini juga menginformasikan jenis-jenis kembang gula yang ada saat itu, mulai dari bonbon, permen strong pepermunt, grip, permen kenari, permen kopi, permen busa, permen gombal, dan pastiles. Dari buku tersebut juga diketahui, saat itu sudah terjadi kerancuan istilah antara permen dan kembang gula.

Kembali ke permen jahe. Kembang gula ini masih dapat ditemukan di berbagai tempat meski mulai tidak gampang untuk mendapatkannya. Dulu pembungkus kembang gula ini berasal dari kertas minyak. Belakangan kemudian menggunakan plastik tetapi masih sederhana. Sekarang kemasannya berupa kemasan plastik cetakan. Permen jahe juga ditemukan dengan pembungkus bagian dalam seperti agar-agar. Kita bisa memakan pembungkus itu yang terasa lembut.

Kembang gula yang lain yang tergolong tua adalah kembang gula asem. Catatan tentang kembang gula ini masih sangat sedikit. Akan tetapi, keberadaan pohon asem sendiri menarik banyak perhatian para pelancong dari Barat ketika berada di Nusantara. Selain John Joseph Stockdale yang mencatat keberadaan pohon asem itu adalah Albert S Bickmore, pengelana asal Amerika Serikat, dalam buku Travels in The East Indian Archipelago (1868).

Bickmore memang tidak menceritakan soal kembang gula asem itu, tetapi ia bercerita tentang banyaknya pohon asem di pinggir jalan yang digunakan untuk peneduh di sepanjang jalan di Surabaya. Sejumlah jalan di banyak kota, bahkan di Jakarta, masih ditemukan keberadaan pohon asem ini.

Pohon asem yang melimpah itu kemungkinan mengilhami orang untuk membikin kembang gula asem. Hingga sekarang kita masih bisa menemui kembang gula asem ini dari yang tradisional, yaitu gula dicampur asem, kita bisa merasakan kekasaran gulanya, hingga yang sudah berupa kembang gula cetakan.

Permen, benda kecil yang ternyata memiliki catatan sejarah. Pengetahuan mengenai permen bukan hanya mengungkap tentang makanan ringan itu, tetapi juga tentang sebuah gaya hidup.


Permen Asem Jawa

Ini postingan bukan mau ngajarin gimana cara bikin 'Permen Asem Jawa', bukan juga ngasi tau ada gizi apa yang terkandung dalam permen Asem Jawa. Tapi cuma pengen berbagi sesuatu dibalik permen Asem Jawa ini, hehehehe..... (aneh2 aja si yeni ini). Mau tau??????

Bagiku, permen ini bukan lah permen biasa. Ada filosofi disana yang bisa kutemukan.
  • sederhana, permen yang tanpa dibungkus warna-warni layaknya permen
  • sesuatu yang sangat biasa dari luar, namun aku bisa merasakan banyak hal didalamnya (asem, manis...)
  • bagian luarnya yang kasar oleh taburan gula, namun memberikan rasa manis disana
  • ketika lidahku baru menyentuk si asem, rasanya ingin menyudahinya. Namun, makin ku rasakan membuatku ingin trus merasakannya (addictif)
  • antara gula dan asem yang mulai bisa aku rasakan bersamaan, memberikan rasa tersendiri, sensasi yang berbeda......
Itu yang ku temukan pada seseorang yang membuat otakku menemukan sisi lain dari permen asem jawa. Dan berharap si permen asem tak akan berubah jadi permen dynamit ato yang lain. Hehehehe....Si yeni rada pinter aneh kalo sok serius gini. Imaginasinya suka kemana2 .

Wajah Lebih Kencang Berkat Permen Karet

TERNYATA hobi mengunyah permen karet bukannya tak bermanfaat lho. Aktivitas mengunyah meningkatkan sirkulasi darah sehingga oksigen yang dikirim ke otak semakin banyak, pikiran jadi lebih segar, dan konsentrasi makin menguat.

Selain itu, pergerakan rahang saat mengunyah permen karet dapat menstimulasi otot wajah yang efeknya membuat kulit wajah menjadi lebih kencang. Yang pasti, mengunyah permen karet memberikan rasa rileks, mengurangi stres, dan mengatasi kejenuhan. Itu baru sedikit manfaat yang diperoleh dengan mengunyah permen karet. Sederet manfaat lainnya adalah:

Memulihkan saluran cerna pascaoperasi. Sebuah penelitian yang melibatkan 158 pasien yang dilakukan Rumah Sakit St Mary, London, menyebutkan, mereka yang mengunyah permen karet setelah menjalani operasi usus, fungsi saluran cernanya lebih cepat kembali normal. Dalam uji klinis, sekelompok pasien yang mengunyah permen karet 5-45 menit tiga kali sehari seusai operasi dibandingkan dengan pasien yang tidak mengunyah permen karet. Hasilnya, pasien yang mengunyah permen karet akan mengeluarkan gas atau buang angin rata-rata 0,66 kali dibandingkan yang tidak mengunyah sekitar 1,10 kali gas. Seperti diketahui, normalnya fungsi saluran cerna pascaoperasi ditandai dengan buang angin. Dengan kata lain, mereka yang mengunyah permen karet lebih cepat sembuh dan tak perlu berlama-lama tinggal di RS.

Membersihkan kotoran gigi. Mengunyah permen karet secara teratur dapat membantu mengangkat dan membersihkan kotoran yang tersisa di gigi. Mengunyah permen karet bebas gula juga dapat melindungi gigi dari kerusakan. Selain itu, mengunyah permen karet dapat menggantikan kegiatan menggosok gigi setelah makan karena saat mengunyah permen karet mulut akan menghasilkan air liur yang dapat menetralkan asam dan mencegah pengeroposan gigi di atas 40%.

Mengurangi kantuk. Aktivitas mengunyah akan melancarkan sirkulasi darah ke otak sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja yang berkaitan dengan konsentrasi, kewaspadaan, dan perhatian. Jadi, ketika Anda mengemudi dan merasa mengantuk, kunyahlah permen karet karena bisa mengurangi rasa kantuk sekaligus meningkatkan konsentrasi.

Meningkatkan daya ingat. Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan di University of Northumbria dan Cognitive Research Unit (Reading) di Inggris, kemampuan untuk mengingat kata-kata dapat ditingkatkan sampai 35 persen. Penjelasan ilmiahnya, mengunyah akan meningkatkan detak jantung yang mengakibatkan lebih banyak oksigen dan nutrisi yang dipompa ke otak. Pada akhirnya, proses ini akan merangsang bagian otak yang berhubungan dengan daya ingat.

Mengurangi ketegangan. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, mengunyah permen karet dapat mengurangi ketegangan. Permen karet juga disediakan untuk tentara AS yang sedang bertugas, sejak Perang Dunia I hingga kini. Para atlet juga terlihat selalu mengunyah permen karet pada saat berlatih atau bertanding.

Melangsingkan. Bagaimana mungkin? Mungkin saja. Menurut penelitian yang dilakukan di Glasgow Caledonian University di Inggris, mereka yang mengunyah permen karet setelah makan akan mengonsumsi lebih sedikit kalori saat jam makan berikutnya. Selain itu, sebatang permen karet hanya mengandung 5-10 kalori, dan mengunyahnya selama satu jam dapat membakar 10 kalori.

Namun, tak berarti hanya dengan mengunyah permen karet otomatis tubuh menjadi langsing. Pengaturan makan dan olahraga tetap merupakan kunci suksesnya diet Anda.

permen tongkat


Permen tongkat (bahasa Inggris: candy cane) adalah permen berbentuk tongkat bergaris-garis merah dan putih dengan rasa mint. Walaupun demikian, permen ini juga tersedia dalam berbagai rasa, warna, dan lebar garis yang berbeda-beda. Permen tongkat ini merupakan permen tradisional untuk hari Natal di Amerika Serikat, tapi bisa juga dibeli sepanjang tahun.

Sjarah permen tongkat
Pembuat permen tongkat yang pertama adalah pendeta Perancis dari awal tahun 1400-an. Pada mulanya, permen ini keras, berbentuk batang permen yang lurus dan hanya berwarna putih. Menurut catatan sejarah gereja, permen ini menjadi bentuk tongkat berkat ide kepala paduan suara Katedral Köln. Ia mendapat kesulitan untuk mendiamkan anak-anak yang sering ribut sewaktu misa berlangsung. Sewaktu berada di toko permen, ia melihat permen keras berbentuk tongkat lurus berwarna putih. Menurut pemikirannya, anak-anak pasti tidak ribut sementara memakan permen yang perlu waktu lama sebelum habis dimakan. Selain itu, ia meminta pembuat permen untuk membengkokkan permen tongkat tersebut agar bentuknya seperti tongkat gembala. Sebelum misa berlangsung, anak-anak dikumpulkan untuk mendengarkan cerita tentang arti simbolis permen tongkat gembala berwarna putih. Setelah mendapat permen tongkat, anak-anak tidak lagi membuat ribut

apa itu permen?????





Permen adalah sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat dengan mencairkan gula di dalam air. Perbedaan tingkat pemanasan menentukan jenis permen yang dihasilkan: suhu panas menghasilkan permen keras, suhu menengah menghasilkan permen lunak, dan suhu dingin menghasilkan permen kenyal. Permen dinikmati karena rasa manisnya.